@thmad . RL
Selasa, 12 Maret 2013
Rabu, 02 Januari 2013
Rabu, 28 November 2012
KAPOLRI LANTIK KAPOLDA ACEH
Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Timur Pradopo memimpin serah
terima jabatan (sertijab) empat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda), termasuk
Kapolda Aceh, di Ruang Rapat Utama (Rupatama) Mabes Polri di Jakarta, Rabu
(28/11). Selain Kapolda Aceh, juga dilantik Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel),
Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Kalimantan Barat (Kalbar).
Dalam sertijab itu
Irjen Pol Herman Effendi yang sebelumnya Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan
(Propam) Mabes Polri, dilantik Kapolri sebagai Kapolda Aceh.
Ia menggantikan
Irjen Pol Iskandar Hasan yang dilantik menjadi Kapolda Sumsel, sebelumnya
dijabat Irjen Pol Dikdik Mulyana. Seperti diketahui, Irjen Pol Dikdik Mulyana
pensiun terkait keikutsertaannya sebagai calon gubernur Jawa Barat (Jabar) pada
Pilkada 2013.
Dua Kapolda lainnya
adalah Brigjen Pol Taufik Ansorie yang bertugas di Kalsel menggantikan Brigjen
Pol Syarifudin yang menduduki jabatan baru sebagai Kadiv Propam Mabes Polri,
menggantikan posisi Irjen Pol Herman Effendi.
Posisi Kapolda
Kalbar dipimpin Brigjen Pol Tugas Dwi Apriyanto yang sebelumnya bertugas di
Asisten Deputi Koordinator Penegakan Hukum Kementerian Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan, menggantikan Brigjen Pol Unggung Cahyono yang dimutasi
jadi Kepala Korps Brigade Mobil.
Semua pergantian itu
tertuang dalam Keputusan Kapolri No 178/XI/2012 Tanggal 23 November 2012. Seusai
sertijab, Kapolri mengatakan, serah terima ini punya makna strategis karena
tahun 2013 sudah ada kegiatan pemilu legislatif. Diharapkan para Kapolda ini
bisa menyiapkan pengamanan sebaik-baiknya. “Tentunya hal ini terkait dengan
masalah dinamika demokrasi yang menjadi kalender lima tahunan,” kata Timur.
Menurut Kapolri,
sudah disiapkan pelatihan-pelatihan yang didahului dengan penataran, terutama
di satuan wilayah (satwil) langsung di bawah Kapolda.
“Mutasi dilakukan,
berangkat dari evaluasi yang berkaitan dengan masalah dinamika sosial, apa itu
pada ujung konflik, kaitannya dengan pertambangan, perkebunan, ataupun
perburuhan. Kapolda itu harus secara cepat bisa segera menguasai wilayah dan
mengambil langkah-langkah preventif, serta bekerja sama dengan seluruh
stakeholders di daerah,” kata Kapolri.
Kerja sama Kapolda
dengan dinas-dinas terkait, termasuk dengan tokoh masyarakat, agama, dan adat,
menurut Kapolri, itu harus, karena permasalahan itu seharusnya dikelola bersama
secara terpadu. “Jangan menunggu sampai muncul masalah hukum, seperti yang
terjadi di Kutai Barat dan Lampung Selatan,” imbuhnya sembari menyebutkan saat
ini ada 10.000 personel polisi yang baru dididik untuk ditempatkan di seluruh
Indonesia.
Kapolri Jenderal Pol, Timur Pradopo (kiri)
menyerahkan tongkat komando kepada Kapolda Aceh yang baru Irjen Pol, Herman
Effendie (kanan) usai dilantik di Rupatama Mabes Polri, Jakarta
Selasa, 20 November 2012
KAPOLDA ACEH SAWEUE KEUDE KUPI DI NAGAN RAYA
Kapolda Aceh Irjen
Pol Iskandar Hasan, Minggu 18 November 2012 melakukan kunjungan atau saweue
keude kupi ke Nagan Raya, tepatnya di
kaffe Jambo Jambe Gampong Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Melalui kegiatan
Saweue Keude Kupi tersebut kata Kapolda Aceh
polisi masyarakat atau Polmas terus dikembangkan. “Polmas
pengembangannya sampai ke polisi saweeu keude kupi,” di hotel Gren Nagan.
Dalam kunjungan ke
Nagan Raya menurut Kapolda Aceh hal yang menarik dibicarakan terkait banyaknya
lahan perkebunan sawit baik perkebunan rakyat maupun kebun yang dikembangkan
perusahaan di Nagan Raya “Kebun sawit paling luas di Nagan Raya, ratusan ribu
hektar,” ujarnya Kapolda Aceh.
Ada hal yang perlu
dipikirkan bersama terkait perkebunan sawit di Nagan Raya menurutnya selain
penyelesaian sejumlah kasus perkebunan perusahaan dengan masyarakat dan
warga, juga masalah perekonomian dari
dampak hasil perkebunan sawit masyarakat.
Sejauh ini seperti
diketahui banyak hasil sawit yang dibawa keluar daerah, membuat kualitas
turun. Oleh karenya, Kapolda mengajak
warga untuk berpikir bersama agar masyarakat bisa menikmati harga yang layak
“Kalau dibawa keluar dengan perjalanan jauh, randemennya akan menurun,”
tambahnya.
Sedangkan pihak yang
diundang dalam pertemuan tersebut merupakan tokoh masyarakat dai perwakilan
seluruh kecamatan di lingkup Kabupaten Nagan Raya.
Irjen Pol Drs. H. Iskandar Hasan, SH.MH (Kapolda Aceh)
KAPOLDA ACEH SAWEU KEUDE KUPI DI ACEH BARAT DAYA
Kapolda Aceh Irjen
Pol Iskandar Hasan malam tadi melakukan saweu keude kupi ke Kabupaten Aceh
Barat Daya, Senin, 19 November 2012.
Acara tersebut
berlangsung di Rumoh Kupi Vanilla di Jalan Letkol BB Djalal Gampong Pantai
Pirak, Kecamatan Susoh. Acara yang dimulai sekitar pukul 21.00 wib tersebut
berakhir hingga pukul 01.00 dini hari.
Hadir dalam acara
itu Wakil Bupati Abdya, Ketua DPRK Abdya dan beberapa Kepala Dinas dan Camat.
Juga hadir Kapolres, Dandim 0110, Kepala Kejaksaan, Ketua MPU, KIP, tokoh
politik dan berbagai elemen masyarakat serta mahasiswa.
Dalam kesempatan
tersebut Kapolda menyampaikan bahwa warung kopi merupakan sarana sebagai tempat
diskusi, walau belum dilakukan penelitian secara ilmiah. “Warung kopi paling
banyak di dunia itu ada di Aceh,” katanya.
Ia juga membicarakan
hal-hal ringan lainnya seperti kemenangan presiden Amerika Barack Obama yang
juga dibicarakan di kedai kopi di Aceh. katanya salah satu hal dalam melakukan
kunjungan kedai kopi itu adalah silaturrahim.
“Silaturrahim bisa
memanjangkan umur, mudah rejeki, banyak pergaulan, seperti malam ini minum
gratis,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu
ia juga menjelaskan terkait proram-program yang dilakukan oleh Kapolda Aceh di
antaranya dalam membangun kepercayaan, kemitraan dan pelayanan prima untuk
masyarakat.
KAPOLDA: KITA PERBAIKI KINERJA
Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda) Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan menanggapi dengan lembut (soft)
tudingan LSM KontraS Aceh yang menyatakan polisi di Bireuen lalai dan gagal
melakukan pencegahan, sehingga tindak anarkis saling balas terjadi dalam
tragedi Peulimbang yang menyebabkan tiga orang tewas dan belasan terluka.
Merespons tudingan
KontraS sebagaimana dimuat Serambi kemarin, Kapolda Iskandar Hasan menyatakan,
tidak perlulah mencari siapa yang salah dalam kasus ini. “Kalau disalahkan,
tentu ada pihak yang bersalah. Namun, kita berkomitmen untuk memperbaiki
kinerja polisi di Aceh menjadi lebih baik,” ujarnya menjawab Serambi seusai
acara temu ramah di Blangpidie dengan unsur pimpinan daerah Kabupaten Aceh
Barat Daya di meuligoe bupati setempat.
Kapolda juga
berjanji akan mengusut tuntas tragedi penyerangan dan pembantaian di Peulimbang
Bireuen itu. Sebagai langkah awal, Kapolda telah memerintahkan Kapolres Bireuen
mengusut kasus ini.
“Saya sudah
perintahkan Kapolres Bireuen mengusut hingga tuntas, termasuk menangkap siapa
saja yang terlibat,” kata Kapolda Iskandar Hasan.
Seharian kemarin,
Kapolda berada di Nagan Raya lalu melanjutkan perjalanan dinas ke Aceh Barat
Daya untuk bersilaturahmi dan berdialog dengan muspida dan masyarakat di kedua
kabupaten itu.
Amuk massa di
Peulimbang, Bireuen itu, menurut Kapolda, sudah termasuk kategori anarkis.
Terjadinya peristiwa sedahsyat itu akibat adanya provokator yang menyebabkan
terjadi amuk massa yang melibatkan sekitar 1.500 orang, sehingga tiga nyawa
melayang.
Diakuinya, hingga
hari ketiga insiden itu terjadi, pihak kepolisian belum menemukan satu
tersangka pun, sebab masih dalam tahap investigasi. Untuk itu, pengusutan terus
diintensifkan di bawah komando Kapolres Bireuen, mengingat Peulimbang termasuk
dalam wilayah hukum Kabupaten Bireuen.
“Investigasi kasus
ini kita intensifkan dengan harapan bisa segera terungkap siapa pelakunya. Saya
berjanji akan menindak tegas siapa pun yang terlibat atau pihak yang
menunggangi sehingga terjadinya peristiwa ini,” ucap Kapolda.
Kapolda menambahkan
bahwa pihaknya berencana segera menggelar pertemuan dengan unsur Muspida Aceh
dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) di Mapolda Aceh guna membahas upaya
penanganan dan pencegahan agar kasus seperti yang terjadi di Peulimbang itu
tidak terulang lagi di wilayah Aceh lainnya. “Minggu depan rapatnya digelar.
Saya sudah perintahkan Dir Intel dan Dir Binmas untuk menyiapkan rapat
tersebut,” ungkap Irjen Iskandar Hasan.
Persoalan ini, kata
Kapolda, harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. “Upaya
penanganannya harus secara persuasif dan preventif, tidak mestilah represif.
Kita berharap insiden ini menjadi yang terakhir di Aceh, tidak terjadi lagi di
tempat yang lain,” ungkap Kapolda.
Di sisi lain,
Kapolda mengaku sesuai dengan data yang diinventarisir pada tahun 2011,
terdapat 17 kelompok aliran sesat di Aceh yang kini sedang mendapat perhatian
dan pembinaan MPU Aceh. Kapolda juga memuji tindakan Muspida Aceh Barat yang
berhasil meredam dan menangani kasus aliran sesat Laduni beberapa waktu lalu,
sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Malah pengikut ajaran sesat itu
berhasil disyahadatkan kembali. Kapolda menilai cara itu sebagai solusi yang
jitu, damai, dan persuasif.
Penilaian kritis
KontraS terhadap kinerja aparat Polres Bireuen dalam penanganan insiden
berdarah di Peulimbang, justru dijadikan masukan dan bahan evaluasi oleh
Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono SIK, untuk bisa lebih baik lagi di masa
depan.
“Terima kasih atas
penilaian KontraS. Akan kami jadikan bahan evaluasi untuk lebih baik lagi ke
depan dan akan kami lakukan pembenahan di mana yang kurang dan itu adalah
konsekuensi pekerjaan,” kata Kapolres, usai melakukan rapat Muspida Plus di
Peulimbang.
Malam itu, katanya,
sejumlah anggota sudah ke lokasi, tiba-tiba lampu gelap dan terjadi pembacokan
yang dimulai oleh kelompok Tgk Aiyub. Anggota polisi terus merangsek ke tengah
hendak mengamankan lokasi dan melepaskan tembakan peringatan ke udara agar terkendali.
Namun, suasana
semakin kacau, bahkan ada beberapa anggota polisi nyaris dibacok malam itu oleh
kelompok Tgk Aiyub. Pasukan berbentuk huruf L berada di tengah-tengah, tapi
tidak jelas siapa yang membacok, karena keadaan semakin kacau.
Korban bacokan
segera dievakuasi, kendaraan patroli ikut mengevakusi korban ke puskesmas.
Setelah itu, 130 personel pasukan dari polres bersama TNI masuk ke lokasi,
lagi-lagi kacau, karena massa semakin mengamuk serta menganiaya Tgk Aiyub dan
pengikutnya.
“Massa semakin marah
dan terjadilah aksi berikutnya, sehingga keadaan semakin kacau,” katanya.
Dandim 0111/Bireuen, Letkol Kav Asep Solihin menambahkan, saat keadaan di
halaman rumah Tgk Aiyub mendadak gelap gulita, pasukan memang sudah berada di
lokasi. Tapi pasukannya tak bisa bertindak gegabah dan terus berusaha meredam
emosi massa, namun keadaan semakin kacau. Keadaan baru bisa dikendalikan
sekitar pukul 04.00 WIB.
PEULIMBANG MENCEKAM
Pimpinan dan
tokoh-tokoh Desa Jambo Dalam, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen mendesak
pihak keamanan secepatnya menangkap pengikut Tgk Aiyub Syakubat yang
diperkirakan lari ke hutan pascabentrok merenggut nyawa di Jambo Dalam, tiga
hari lalu.
Laporan terbaru
mengungkapkan tentang menyebarnya sms dan telepon bernada ancaman bunuh
sehingga sebagian pimpinan dan tokoh-tokoh Jambo Dalam tak berani tidur di
rumah.
Ketegangan, trauma,
dan suasana mencekam di Kecamatan Peulimbang--khususnya di Desa Jambo
Dalam--mencuat dalam forum pertemuan Muspida Bireuen dengan Muspika Peulimbang,
seluruh kepala dinas/lembaga, para camat, dan pimpinan desa di Kantor Camat
Peulimbang.
Dalam pertemuan itu,
pimpinan dan tokoh-tokoh Jambo Dalam menyampaikan berbagai harapan termasuk
laporan perkembangan terbaru pascabentrok di desa mereka yang terjadi menjelang
tengah malam, Jumat (16/11) hingga Sabtu (17/11) subuh.
Delegasi Jambo Dalam
yang hadir dalam pertemuan lengkap itu antara lain Abdullah (tokoh masyarakat),
Syarifuddin (Sekdes), dan Fadli Ismail (Keuchik). Juga ikut didengarkan
penjelasan, kesaksian, dan pengakuan Ridwan Abdullah, tokoh pemuda Uteun
Rungkom (tetangga Desa Jambo Dalam).
Pada forum terbuka
itu, Ridwan Abdullah mengungkapkan tentang menyebarnya sms dan telepon bernada
ancaman, baik ditujukan kepada pimpinan gampong, tokoh, maupun warga. Pengakuan
adanya sms dan telepon bernada ancaman akan dihabisi (dibunuh) juga diakui
Abdullah (tokoh masyarakat Jambo Dalam). Menurut Abdullah, ia menerima sms
ancaman karena termasuk target yang hendak dibunuh.
Ketakutan akibat
ancaman bunuh juga dibenarkan Sekdes Jambo Dalam, Syarifuddin. Menurut
Syarifuddin, sejak malam kejadian hingga Senin (19/11), banyak yang tidak
berani lagi tidur di rumah. “Keuchik, sekdes, imum gampong, tuha peut, imum
masjid, dan Abdullah (tokoh masyarakat) adalah target untuk dihabisi sampai
tujuh turunan,” ungkap Syarifuddin di depan forum terbuka itu.
Pimpinan dan
tokoh-tokoh desa--khususnya dari Jambo Dalam--mengharapkan aparat keamanan
segera mencari dan menangkap pengikut Tgk Aiyub Syakubat agar bisa dilakukan
pengusutan lebih lanjut.
Menurut laporan,
setelah kejadian itu, mereka (pengikut Tgk Aiyub) melarikan diri ke hutan dan
terlihat ada orang yang mengantar nasi untuk mereka.
“Pertemuan ini
dimaksudkan untuk mencari solusi agar permasalahan tidak berkepanjangan dan
tidak ada lagi tumpah darah. Langkah awal yang harus dilakukan aparat penegak
hukum adalah menangkap mereka, sehingga masyarakat dapat hidup tenang dan tidak
dihantui rasa was-was,” ujar tokoh Jambo Dalam, Abdullah.
Pertemuan dihadiri
langsung Bupati Bireuen, Kapolres, Dandim 0111/Bireuen, Wakil Ketua DPRK
Bireuen, Kajari, Ketua PN, seluruh Kapolsek, pimpinan pesantren, dan ratusan
undangan lainnya.
Pertemuan tersebut
bertujuan memberikan penjelasan, langkah pencegahan, saling koordinasi, dan
penekanan kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri.
Bupati Bireuen, H
Ruslan M Daud dalam pertemuan itu meminta semua pihak agar tidak terprovokasi.
Bila ada persoalan segera sampaikan ke muspika untuk ditangani.
Bupati meminta
seluruh camat segera rapat koordinasi. Dalam waktu dekat ia akan mengeluarkan
Peraturan Bupati menyangkut larangan ajaran sesat, sebelum ada qanun lainnya.
Dalam pertemuan di
Kantor Camat Peulimbang, Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono SIK berjanji akan
segera mencari anggota kelompok Tgk Aiyub, sebagaimana diharapkan masyarakat.
Kapolres juga
menjelaskan, pihaknya akan terus mengendalikan keadaan dengan melakukan patroli
rutin dan razia bersama jajaran TNI. “Selama tujuh hari ke depan, anggota
(polisi) tetap berada (siaga) di kawasan Peulimbang. Sedangkan untuk
kepentingan pengusutan kasus itu, sebanyak 20 orang sudah dimintai keterangan
dan akan terus mengusut sampai tuntas,” tandas Kapolres Bireuen.
Tgk Aiyub Syakubat
Dikubur di Saree
JENAZAH Tgk Aiyub
Syakubat bersama Tgk Muntasir yang meninggal akibat insiden berdarah di Desa
Jambo Dalam, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen dikebumikan di kawasan
Saree, Aceh Besar.
“Desa dan lokasi
persisnya kami tidak tahu, tapi berjarak sekitar 100 meter sebelah timur
sebelum Pasar Saree, masuk lorong ke arah utara,” kata Sekdes Jambo Dalam,
Syarifuddin.
Menurut Syarifuddin,
jenazah Tgk Aiyub dan Muntasir dijemput pihak keluarganya di RSUD Bireuen,
Sabtu sore, 17 November 2012 dan dibawa ke Saree. “Tgk Aiyub dan Muntasir
dikebumikan dalam satu kuburan,” kata Syarifuddin.
Ditanya kenapa
jenazah keduanya tidak dibawa pulang ke Jambo Dalam, Syarifuddin mengaku tidak
tahu. “Saya tidak tahu kenapa, tapi yang pasti pihak keluarga membawa jenazah
mereka ke Saree. Sedangkan istri dan anak-anak Tgk Aiyub, sampai hari ini
(Senin) tidak terlihat di Jambo Dalam,” demikian Sekdes Syarifuddin.
MPU Harus Segera
Bertindak
INSIDEN berdarah di
Peulimbang masih terus mengundang keprihatian berbagai kalangan. Banyak yang
meminta agar pihak Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Bireuen dan Aceh perlu
segera bersikap, mencegah agar insiden serupa tidak terulang di daerah lain. Salah
satunya adalah dengan cara segera memberikan penjelasan terkait hasil
penelitian (fatwa) terhadap sebuah kegiatan pengajian yang dicurigai oleh
masyarakat.
Pernyataan dan
permintaan itu diberikan secara terpisah oleh Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM)
Aceh Safaruddin SH, dan Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kota Banda Aceh, Tgk
Mulyadi Nurdin.
“Sejauh ini
masyarakat hanya mengetahui kegiatan Tgk Aiyub Syahkubat melalui pemberitaan
media. Masyarakat tidak mengetahui secara rinci apa saja ajaran Tgk Aiyub
Syahkubat yang tergolong sesat, apakah dalam segi akidah, ibadah, atau
muamalah. Seharusnya hal itu dapat dikaji dengan detil oleh MPU dan
disosialisasikan kepada masyarakat luas, sebelum kasusnya menjadi besar dan
memakan korban,” kata Mulyadi Nurdin.
Kasus Tgk Aiyub
Syahkubat, kata Mulyadi, harus dijadikan pelajaran oleh MPU Aceh dalam
menyikapi dugaan aliran sesat di daerah lainnya di Aceh. “Karena wewenang
mengeluarkan fatwa berada di pundak MPU Provinsi Aceh, dalam hal ini MPU harus
bergerak cepat untuk mencapai keputusan fatwa sebelum masalahnya semakin parah
dan menyebabkan keresahan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua
TPM Aceh Safaruddin SH mengapresiasi kerja jajaran kepolisian dalam menangani
kasus ini. Menurutnya, jatuhnya korban jiwa dalam insiden tersebut, tidak
semata-mata dibebankan sebagai tanggung jawab polisi. “Kita perlu melakukan
investigasi mendalam sebelum menimpakan kesalahan kepada pihak lain,” kata
Safaruddin
Langganan:
Postingan (Atom)