Pimpinan dan
tokoh-tokoh Desa Jambo Dalam, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen mendesak
pihak keamanan secepatnya menangkap pengikut Tgk Aiyub Syakubat yang
diperkirakan lari ke hutan pascabentrok merenggut nyawa di Jambo Dalam, tiga
hari lalu.
Laporan terbaru
mengungkapkan tentang menyebarnya sms dan telepon bernada ancaman bunuh
sehingga sebagian pimpinan dan tokoh-tokoh Jambo Dalam tak berani tidur di
rumah.
Ketegangan, trauma,
dan suasana mencekam di Kecamatan Peulimbang--khususnya di Desa Jambo
Dalam--mencuat dalam forum pertemuan Muspida Bireuen dengan Muspika Peulimbang,
seluruh kepala dinas/lembaga, para camat, dan pimpinan desa di Kantor Camat
Peulimbang.
Dalam pertemuan itu,
pimpinan dan tokoh-tokoh Jambo Dalam menyampaikan berbagai harapan termasuk
laporan perkembangan terbaru pascabentrok di desa mereka yang terjadi menjelang
tengah malam, Jumat (16/11) hingga Sabtu (17/11) subuh.
Delegasi Jambo Dalam
yang hadir dalam pertemuan lengkap itu antara lain Abdullah (tokoh masyarakat),
Syarifuddin (Sekdes), dan Fadli Ismail (Keuchik). Juga ikut didengarkan
penjelasan, kesaksian, dan pengakuan Ridwan Abdullah, tokoh pemuda Uteun
Rungkom (tetangga Desa Jambo Dalam).
Pada forum terbuka
itu, Ridwan Abdullah mengungkapkan tentang menyebarnya sms dan telepon bernada
ancaman, baik ditujukan kepada pimpinan gampong, tokoh, maupun warga. Pengakuan
adanya sms dan telepon bernada ancaman akan dihabisi (dibunuh) juga diakui
Abdullah (tokoh masyarakat Jambo Dalam). Menurut Abdullah, ia menerima sms
ancaman karena termasuk target yang hendak dibunuh.
Ketakutan akibat
ancaman bunuh juga dibenarkan Sekdes Jambo Dalam, Syarifuddin. Menurut
Syarifuddin, sejak malam kejadian hingga Senin (19/11), banyak yang tidak
berani lagi tidur di rumah. “Keuchik, sekdes, imum gampong, tuha peut, imum
masjid, dan Abdullah (tokoh masyarakat) adalah target untuk dihabisi sampai
tujuh turunan,” ungkap Syarifuddin di depan forum terbuka itu.
Pimpinan dan
tokoh-tokoh desa--khususnya dari Jambo Dalam--mengharapkan aparat keamanan
segera mencari dan menangkap pengikut Tgk Aiyub Syakubat agar bisa dilakukan
pengusutan lebih lanjut.
Menurut laporan,
setelah kejadian itu, mereka (pengikut Tgk Aiyub) melarikan diri ke hutan dan
terlihat ada orang yang mengantar nasi untuk mereka.
“Pertemuan ini
dimaksudkan untuk mencari solusi agar permasalahan tidak berkepanjangan dan
tidak ada lagi tumpah darah. Langkah awal yang harus dilakukan aparat penegak
hukum adalah menangkap mereka, sehingga masyarakat dapat hidup tenang dan tidak
dihantui rasa was-was,” ujar tokoh Jambo Dalam, Abdullah.
Pertemuan dihadiri
langsung Bupati Bireuen, Kapolres, Dandim 0111/Bireuen, Wakil Ketua DPRK
Bireuen, Kajari, Ketua PN, seluruh Kapolsek, pimpinan pesantren, dan ratusan
undangan lainnya.
Pertemuan tersebut
bertujuan memberikan penjelasan, langkah pencegahan, saling koordinasi, dan
penekanan kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri.
Bupati Bireuen, H
Ruslan M Daud dalam pertemuan itu meminta semua pihak agar tidak terprovokasi.
Bila ada persoalan segera sampaikan ke muspika untuk ditangani.
Bupati meminta
seluruh camat segera rapat koordinasi. Dalam waktu dekat ia akan mengeluarkan
Peraturan Bupati menyangkut larangan ajaran sesat, sebelum ada qanun lainnya.
Dalam pertemuan di
Kantor Camat Peulimbang, Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono SIK berjanji akan
segera mencari anggota kelompok Tgk Aiyub, sebagaimana diharapkan masyarakat.
Kapolres juga
menjelaskan, pihaknya akan terus mengendalikan keadaan dengan melakukan patroli
rutin dan razia bersama jajaran TNI. “Selama tujuh hari ke depan, anggota
(polisi) tetap berada (siaga) di kawasan Peulimbang. Sedangkan untuk
kepentingan pengusutan kasus itu, sebanyak 20 orang sudah dimintai keterangan
dan akan terus mengusut sampai tuntas,” tandas Kapolres Bireuen.
Tgk Aiyub Syakubat
Dikubur di Saree
JENAZAH Tgk Aiyub
Syakubat bersama Tgk Muntasir yang meninggal akibat insiden berdarah di Desa
Jambo Dalam, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen dikebumikan di kawasan
Saree, Aceh Besar.
“Desa dan lokasi
persisnya kami tidak tahu, tapi berjarak sekitar 100 meter sebelah timur
sebelum Pasar Saree, masuk lorong ke arah utara,” kata Sekdes Jambo Dalam,
Syarifuddin.
Menurut Syarifuddin,
jenazah Tgk Aiyub dan Muntasir dijemput pihak keluarganya di RSUD Bireuen,
Sabtu sore, 17 November 2012 dan dibawa ke Saree. “Tgk Aiyub dan Muntasir
dikebumikan dalam satu kuburan,” kata Syarifuddin.
Ditanya kenapa
jenazah keduanya tidak dibawa pulang ke Jambo Dalam, Syarifuddin mengaku tidak
tahu. “Saya tidak tahu kenapa, tapi yang pasti pihak keluarga membawa jenazah
mereka ke Saree. Sedangkan istri dan anak-anak Tgk Aiyub, sampai hari ini
(Senin) tidak terlihat di Jambo Dalam,” demikian Sekdes Syarifuddin.
MPU Harus Segera
Bertindak
INSIDEN berdarah di
Peulimbang masih terus mengundang keprihatian berbagai kalangan. Banyak yang
meminta agar pihak Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Bireuen dan Aceh perlu
segera bersikap, mencegah agar insiden serupa tidak terulang di daerah lain. Salah
satunya adalah dengan cara segera memberikan penjelasan terkait hasil
penelitian (fatwa) terhadap sebuah kegiatan pengajian yang dicurigai oleh
masyarakat.
Pernyataan dan
permintaan itu diberikan secara terpisah oleh Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM)
Aceh Safaruddin SH, dan Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kota Banda Aceh, Tgk
Mulyadi Nurdin.
“Sejauh ini
masyarakat hanya mengetahui kegiatan Tgk Aiyub Syahkubat melalui pemberitaan
media. Masyarakat tidak mengetahui secara rinci apa saja ajaran Tgk Aiyub
Syahkubat yang tergolong sesat, apakah dalam segi akidah, ibadah, atau
muamalah. Seharusnya hal itu dapat dikaji dengan detil oleh MPU dan
disosialisasikan kepada masyarakat luas, sebelum kasusnya menjadi besar dan
memakan korban,” kata Mulyadi Nurdin.
Kasus Tgk Aiyub
Syahkubat, kata Mulyadi, harus dijadikan pelajaran oleh MPU Aceh dalam
menyikapi dugaan aliran sesat di daerah lainnya di Aceh. “Karena wewenang
mengeluarkan fatwa berada di pundak MPU Provinsi Aceh, dalam hal ini MPU harus
bergerak cepat untuk mencapai keputusan fatwa sebelum masalahnya semakin parah
dan menyebabkan keresahan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua
TPM Aceh Safaruddin SH mengapresiasi kerja jajaran kepolisian dalam menangani
kasus ini. Menurutnya, jatuhnya korban jiwa dalam insiden tersebut, tidak
semata-mata dibebankan sebagai tanggung jawab polisi. “Kita perlu melakukan
investigasi mendalam sebelum menimpakan kesalahan kepada pihak lain,” kata
Safaruddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar