Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda) Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan menanggapi dengan lembut (soft)
tudingan LSM KontraS Aceh yang menyatakan polisi di Bireuen lalai dan gagal
melakukan pencegahan, sehingga tindak anarkis saling balas terjadi dalam
tragedi Peulimbang yang menyebabkan tiga orang tewas dan belasan terluka.
Merespons tudingan
KontraS sebagaimana dimuat Serambi kemarin, Kapolda Iskandar Hasan menyatakan,
tidak perlulah mencari siapa yang salah dalam kasus ini. “Kalau disalahkan,
tentu ada pihak yang bersalah. Namun, kita berkomitmen untuk memperbaiki
kinerja polisi di Aceh menjadi lebih baik,” ujarnya menjawab Serambi seusai
acara temu ramah di Blangpidie dengan unsur pimpinan daerah Kabupaten Aceh
Barat Daya di meuligoe bupati setempat.
Kapolda juga
berjanji akan mengusut tuntas tragedi penyerangan dan pembantaian di Peulimbang
Bireuen itu. Sebagai langkah awal, Kapolda telah memerintahkan Kapolres Bireuen
mengusut kasus ini.
“Saya sudah
perintahkan Kapolres Bireuen mengusut hingga tuntas, termasuk menangkap siapa
saja yang terlibat,” kata Kapolda Iskandar Hasan.
Seharian kemarin,
Kapolda berada di Nagan Raya lalu melanjutkan perjalanan dinas ke Aceh Barat
Daya untuk bersilaturahmi dan berdialog dengan muspida dan masyarakat di kedua
kabupaten itu.
Amuk massa di
Peulimbang, Bireuen itu, menurut Kapolda, sudah termasuk kategori anarkis.
Terjadinya peristiwa sedahsyat itu akibat adanya provokator yang menyebabkan
terjadi amuk massa yang melibatkan sekitar 1.500 orang, sehingga tiga nyawa
melayang.
Diakuinya, hingga
hari ketiga insiden itu terjadi, pihak kepolisian belum menemukan satu
tersangka pun, sebab masih dalam tahap investigasi. Untuk itu, pengusutan terus
diintensifkan di bawah komando Kapolres Bireuen, mengingat Peulimbang termasuk
dalam wilayah hukum Kabupaten Bireuen.
“Investigasi kasus
ini kita intensifkan dengan harapan bisa segera terungkap siapa pelakunya. Saya
berjanji akan menindak tegas siapa pun yang terlibat atau pihak yang
menunggangi sehingga terjadinya peristiwa ini,” ucap Kapolda.
Kapolda menambahkan
bahwa pihaknya berencana segera menggelar pertemuan dengan unsur Muspida Aceh
dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) di Mapolda Aceh guna membahas upaya
penanganan dan pencegahan agar kasus seperti yang terjadi di Peulimbang itu
tidak terulang lagi di wilayah Aceh lainnya. “Minggu depan rapatnya digelar.
Saya sudah perintahkan Dir Intel dan Dir Binmas untuk menyiapkan rapat
tersebut,” ungkap Irjen Iskandar Hasan.
Persoalan ini, kata
Kapolda, harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. “Upaya
penanganannya harus secara persuasif dan preventif, tidak mestilah represif.
Kita berharap insiden ini menjadi yang terakhir di Aceh, tidak terjadi lagi di
tempat yang lain,” ungkap Kapolda.
Di sisi lain,
Kapolda mengaku sesuai dengan data yang diinventarisir pada tahun 2011,
terdapat 17 kelompok aliran sesat di Aceh yang kini sedang mendapat perhatian
dan pembinaan MPU Aceh. Kapolda juga memuji tindakan Muspida Aceh Barat yang
berhasil meredam dan menangani kasus aliran sesat Laduni beberapa waktu lalu,
sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Malah pengikut ajaran sesat itu
berhasil disyahadatkan kembali. Kapolda menilai cara itu sebagai solusi yang
jitu, damai, dan persuasif.
Penilaian kritis
KontraS terhadap kinerja aparat Polres Bireuen dalam penanganan insiden
berdarah di Peulimbang, justru dijadikan masukan dan bahan evaluasi oleh
Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono SIK, untuk bisa lebih baik lagi di masa
depan.
“Terima kasih atas
penilaian KontraS. Akan kami jadikan bahan evaluasi untuk lebih baik lagi ke
depan dan akan kami lakukan pembenahan di mana yang kurang dan itu adalah
konsekuensi pekerjaan,” kata Kapolres, usai melakukan rapat Muspida Plus di
Peulimbang.
Malam itu, katanya,
sejumlah anggota sudah ke lokasi, tiba-tiba lampu gelap dan terjadi pembacokan
yang dimulai oleh kelompok Tgk Aiyub. Anggota polisi terus merangsek ke tengah
hendak mengamankan lokasi dan melepaskan tembakan peringatan ke udara agar terkendali.
Namun, suasana
semakin kacau, bahkan ada beberapa anggota polisi nyaris dibacok malam itu oleh
kelompok Tgk Aiyub. Pasukan berbentuk huruf L berada di tengah-tengah, tapi
tidak jelas siapa yang membacok, karena keadaan semakin kacau.
Korban bacokan
segera dievakuasi, kendaraan patroli ikut mengevakusi korban ke puskesmas.
Setelah itu, 130 personel pasukan dari polres bersama TNI masuk ke lokasi,
lagi-lagi kacau, karena massa semakin mengamuk serta menganiaya Tgk Aiyub dan
pengikutnya.
“Massa semakin marah
dan terjadilah aksi berikutnya, sehingga keadaan semakin kacau,” katanya.
Dandim 0111/Bireuen, Letkol Kav Asep Solihin menambahkan, saat keadaan di
halaman rumah Tgk Aiyub mendadak gelap gulita, pasukan memang sudah berada di
lokasi. Tapi pasukannya tak bisa bertindak gegabah dan terus berusaha meredam
emosi massa, namun keadaan semakin kacau. Keadaan baru bisa dikendalikan
sekitar pukul 04.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar