Kasus pemukulan
Kepala Desa (Kades) Penanggalan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam,
Abdul Haris Muda Bancin (45) oleh dua oknum Brimob dari Satuan Brimob Subden I
Detasemen C Pelopor Kompi Trumon, Aceh Selatan, Selasa (4/9) malam, kini sedang
mengarah ke penyelesaian secara damai.
Indikasi ke arah
damai itu menguat setelah Komandan Kompi (Danki) Brimob setempat, Kompol Asnawi
datang bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Subulussalam, Damhuri, ke rumah tempat
korban sedang dirawat, Selasa (4/9) malam. Saat itu Kompol Asnawi meminta
damai.
Siti Ansari Bancin,
adik Kades Abdul Haris yang ditanyai Serambi, Rabu (5/9) membenarkan kedatangan
Danki Brimob ke rumah mereka untuk minta berdamai. Namun, kata Siti Ansari,
pihaknya tidak dapat langsung menerima tawaran damai pada malam itu, karena ada
warga lain yang juga menjadi korban pukulan oknum Brimob.
Abdul Haris Bancin
sendiri menyatakan pada prinsipnya dia bersedia berdamai, tapi dengan sejumlah
syarat. Di antaranya, kasus serupa jangan sampai terulang lagi di kemudian
hari.
“Kalau damai kita
bersedia, tapi untuk seterusnyalah. Jangan hanya di atas kertas, lalu
belakangan muncul lagi kasus serupa. Ini bukan hanya permintaan kami
sekeluarga, tapi semua masyarakat Subulussalam berharap demikian,” imbuh Siti
Ansari Bancin yang juga Wakil Ketua DPRK Subulussalam.
Kades Haris tampak
masih lemah. Luka lebam dan memar di wajah dan sebagian tubuhnya masih terlihat
jelas. Pergelangan tangan kirinya pun bengkak, karena menahan kayu yang
dipukulkan pelaku ke arahnya. Sementara, dari telinga kanan korban keluar darah
segar.
Kenyataan itu
membuat keluarga mengkhawatirkan kondisi korban yang sesungguhnya. Bisa saja
bagian dalam tubuhnya cedera (trauma) akibat pemukulan tersebut.
Sementara itu,
kondisi dua warga lainnya, Tumirin (58)
dan Radisno (33), karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kasman
Lizar yang juga dipukul oknum Brimob, kini mulai membaik, sehingga saat mediasi
dilakukan Danki Brimob, keduanya dapat hadir.
Adapun korban dari
pihak Brimob berinisial HS dilaporkan juga mengalami luka serius, terutama pada
bagian kepala dan tangan. Akibatnya, oknum Brimob tersebut kini dirujuk ke
Rumah Sakit Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Rencana perdamaian
antara korban dengan Brimob yang dimediasi Muspika Penanggalan, Kota
Subulussalam, berlangsung Rabu (5/9) malam di Aula Kantor Camat Penanggalan.
Upaya mediasi itu
dihadiri Camat Penanggalan Hotma Capah, Kapolsek Penanggalan AKP Eko
Yustrianto, korban pemukulan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan dua anggota
DPRK asal Penanggalan, masing-masing Karlinus dan Syarifuddin Padang.
Dalam rintisan perdamaian
itu, masyarakat antara lain menuntut adanya peusijuek (tepung tawar) terhadap
tiga korban, permohonan maaf, kicik-kicik (ritual warga setempat secara
turun-temurun untuk mengembalikan semangat korban), mengganti rugi
barang-barang korban yang rusak seperti handphone dan kalung, membayar biaya
pengobatan bagi korban, serta menyelenggarakan kenduri (hara-hara). Kenduri
tersebut melibatkan masyarakat sekampung untuk memberi tahu bahwa perkara itu
telah tuntas karena diselesaikan secara damai.
Camat Penanggalan
Hotma Capah yang ditanyai Serambi mengatakan, mediasi perdamaian itu mereka
tempuh karena adanya permintaan dari pihak Brimob kepada keluarga korban. Dari
pihak korban pun, menurut Camat Hotma, bersedia damai.
Adapun tuntutan
warga yang dirumuskan dalam rapat tersebut telah dituangkan dalam sebuah draf
untuk dikonsultasikan kepada Pemko Subulussalam. Selanjutnya, draf tersebut
akan dikirim ke pihak Brimob. (kh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar